Allah: Béda antara owahan
c Bot: Ngganti katégori Tembung lan frasa Arab karo Tembung lan pitembungan Arab |
c busak cithakan, per Special:Diff/1146451 |
||
Larik 27: | Larik 27: | ||
Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam ''Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an'' (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam ''al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah'' (h. 54). Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai wujud ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arabpun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai wujud mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai wujud mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai wujud ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai wujud ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan.<ref>{{id}}Ahmad Husnan. ''Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim''. Al Husna, Surakarta. Cetakan Pertama, Muharram 1425 H / Mei 2005 M. h. 25-27.</ref>--> |
Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam ''Mushthalahatul Arba'ah fil Qur'an'' (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam ''al-Adyan wal Furuq wal Dzahibul Mu'ashirah'' (h. 54). Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai wujud ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arabpun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai wujud mutsanna (dua) dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai wujud mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai wujud ma'rifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai wujud ma'rifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan.<ref>{{id}}Ahmad Husnan. ''Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim''. Al Husna, Surakarta. Cetakan Pertama, Muharram 1425 H / Mei 2005 M. h. 25-27.</ref>--> |
||
<!--Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata [[bahasa Aram]] Alāhā.<ref name="EoI"> |
<!--Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata [[bahasa Aram]] Alāhā.<ref name="EoI">Encyclopaedia of Islam, ''Allah''</ref> |
||
[[Cendekiawan muslim]] terkadang menerjemahkan Allah menjadi "''God''" dalam [[bahasa Inggris]]. Namun demikian, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki wujud jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki wujud jamak ''Gods'' dan wujud feminin ''Goddess'' dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan [[Al Qur'an]]. |
[[Cendekiawan muslim]] terkadang menerjemahkan Allah menjadi "''God''" dalam [[bahasa Inggris]]. Namun demikian, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki wujud jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki wujud jamak ''Gods'' dan wujud feminin ''Goddess'' dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan [[Al Qur'an]]. |
||
Sebagian besar ulama sepakat bahwa Allah adalah nama dari dzat yang ada di 'arsy yang menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada pada keduanya dan diantara keduanya kemudian menjaga dan mengurus keduanya beserta seluruh isinya tanpa henti, merasa lelah atau mengantuk. Allah adalah nama, bukan kata sehingga pada umumnya umat Islam tidak menterjemahkan Allah kepada tuhan atau god. Kata tuhan sendiri lebih dekat dari segi arti kepada kata sayyid (lord dalam bahasa Inggris). Sedangkan kata god lebih dekat kepada kata ilah (sesembahan dalam bahasa Indonesia).--> |
Sebagian besar ulama sepakat bahwa Allah adalah nama dari dzat yang ada di 'arsy yang menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada pada keduanya dan diantara keduanya kemudian menjaga dan mengurus keduanya beserta seluruh isinya tanpa henti, merasa lelah atau mengantuk. Allah adalah nama, bukan kata sehingga pada umumnya umat Islam tidak menterjemahkan Allah kepada tuhan atau god. Kata tuhan sendiri lebih dekat dari segi arti kepada kata sayyid (lord dalam bahasa Inggris). Sedangkan kata god lebih dekat kepada kata ilah (sesembahan dalam bahasa Indonesia).--> |
||
Larik 49: | Larik 49: | ||
Jroning agama Islam, Allah iku siji-sijiné Tuhan (tanpa sekuthu) {{quran-usc|112|1}}, sang panyipta, tuhan saka [[Ibrahim]], [[Ismail]], [[Ishaq]] lan [[Yakub]], uga tuhan saka [[Musa]], [[Dawud]], [[Sulaiman]], [[Isa]] lan [[Muhammad]] (muga rahmat lan shalawat dilimpahaké marang sakabèhané). |
Jroning agama Islam, Allah iku siji-sijiné Tuhan (tanpa sekuthu) {{quran-usc|112|1}}, sang panyipta, tuhan saka [[Ibrahim]], [[Ismail]], [[Ishaq]] lan [[Yakub]], uga tuhan saka [[Musa]], [[Dawud]], [[Sulaiman]], [[Isa]] lan [[Muhammad]] (muga rahmat lan shalawat dilimpahaké marang sakabèhané). |
||
<!--Miturut F.E. Peters, " Al Qur'an menyatakan {{Quran-usc|29|46}}, Muslim mempercayai, dan sejarawan menyetujui, bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah tuhan yang sama dengan yang disembah Yahudi". Allah-nya Al Qur'an adalah tuhan sang pencipta yang ada dalam kisah Ibrahim. Peters mengatakan bahwa Al Qur'an menggambarkan Allah lebih berkuasa dan jauh dibandingkan dengan Yahweh, dan juga merupakan tuhan universal, tidak seperti Yahweh yang lebih dekat dengan bangsa Israèl.<ref> |
<!--Miturut F.E. Peters, " Al Qur'an menyatakan {{Quran-usc|29|46}}, Muslim mempercayai, dan sejarawan menyetujui, bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah tuhan yang sama dengan yang disembah Yahudi". Allah-nya Al Qur'an adalah tuhan sang pencipta yang ada dalam kisah Ibrahim. Peters mengatakan bahwa Al Qur'an menggambarkan Allah lebih berkuasa dan jauh dibandingkan dengan Yahweh, dan juga merupakan tuhan universal, tidak seperti Yahweh yang lebih dekat dengan bangsa Israèl.<ref>F.E. Peters, ''Islam'', p.4, Princeton University Press, 2003.</ref>--> |
||
Wonten agami Islam, dipunpercados wonten sangang-dasa sanga (99) asma kagem Gustialah, ingkang dipunwastani ([[Asmaaulhusna]]). Asma-asma punika dipunpundhut saking [[Kuran]] kagem nyebut asma Allah.<ref> |
Wonten agami Islam, dipunpercados wonten sangang-dasa sanga (99) asma kagem Gustialah, ingkang dipunwastani ([[Asmaaulhusna]]). Asma-asma punika dipunpundhut saking [[Kuran]] kagem nyebut asma Allah.<ref>{{cite book |last=Bentley |first=David |coauthors= |title=The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book |publisher=William Carey Library |year=1999 |month=Sept. |isbn=0-87808-299-9 }}</ref> Asma-asma ingkang kasebut punika antaranipun: |
||
* Al Malikul Mulk (Ratuning para ratu) |
* Al Malikul Mulk (Ratuning para ratu) |
||
* Al Hayy (Dat Ingkang Gesang) |
* Al Hayy (Dat Ingkang Gesang) |
Révisi kala 10 Juni 2017 06.08
Allah (basa Arab allāhu الله) utawi kadhang kala ditembungaken déning tiyang Jawi dados Gustialah, inggih punika iku sawijining tembung kang dipundhut saking basa Arab ingkang ateges "Pengèran". Tembung punika luwih kesohor minangka asma tumrap Pengèran déning tiyang ingkang anganut agami Islam. Tembung punika wonten kalangan para panutur basa Arab, minangka tembung kang umum kanggo peparing asma tumrap Pengèran, kalebet kagem tiyang Yahudi kaliyan Kristen Arab. Mangka, tembung punika ketingal dipungunakaken ugi wonten terjemahan kitab suci agama Kristen kaliyan Yahudi ingkang ngagem basa Arab, ugi terjemahan Injil wonten basa Indhonesiyah kaliyan Turki.
Allah jroning Islam
Jroning agama Islam, Allah iku siji-sijiné Tuhan (tanpa sekuthu) 112:1, sang panyipta, tuhan saka Ibrahim, Ismail, Ishaq lan Yakub, uga tuhan saka Musa, Dawud, Sulaiman, Isa lan Muhammad (muga rahmat lan shalawat dilimpahaké marang sakabèhané).
Wonten agami Islam, dipunpercados wonten sangang-dasa sanga (99) asma kagem Gustialah, ingkang dipunwastani (Asmaaulhusna). Asma-asma punika dipunpundhut saking Kuran kagem nyebut asma Allah.[1] Asma-asma ingkang kasebut punika antaranipun:
- Al Malikul Mulk (Ratuning para ratu)
- Al Hayy (Dat Ingkang Gesang)
- Al Muhyii (Dat Ingkang Peparing Gesang)
Tembung-tembung gabungan ingkang ngandhut asma Allah
|
Tuladhaning tembung-tembung gabungan ingkang ngandhut tembung Allah:
- Allahuakbar (الله أكبر) (Gustialah iku Mahaagung)
- Bismillah (بسم الله ) (Kelawan nyebut asmaning Gustialah)
- Insyaallah (إن شاء الله) (Menawi Gustialah Nggadhahi Kajeng)
- Masyaallah (ما شاء الله) (Punika Kekajenganipun Gustialah)
- Subhanallah (سبحان الله) (Dipunsucikaken Gustialah (kelawan panembahipun) )
- Alhamdulillah (الحمد لله) (Sedaya puji katur dhumateng Gustialah)
- Allahua'lam (الله أعلم) (Namung Gustialah Ingkang Mahamangertos)
Réferènsi
<Rujukan/>
Delengen uga
Pranala njaba
Artikel iki minangka artikel rintisan. Kowé bisa ngéwangi Wikipédia ngembangaké. |