Sajarah Indonésia: Béda antara owahan

Saka Wikipédia Jawa, bauwarna mardika basa Jawa
Konten dihapus Konten ditambahkan
Top4Bot (parembugan | pasumbang)
éjaan using AWB
Top4Bot (parembugan | pasumbang)
éjaan using AWB
Larik 68: Larik 68:
{{utama|Indonésia: Era VOC}}
{{utama|Indonésia: Era VOC}}


Mulai tahun [[1602]] [[Belanda]] secara perlahan-lahan menjadi penguasa wewengkon yang kini adalah Indonésia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah [[Timor Portugis]], yang tetap dikuasai [[Portugal]] hingga [[1975]] ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonésia bernama [[Timor Timur]]. Belanda menguasai Indonésia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonésia dikuasai [[Britania]] setelah [[Perang Jawa Britania-Belanda]] dan masa penjajahan [[Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Sewaktu menjajah Indonésia, Belanda mengembangkan [[Hindia-Belanda]] menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wewengkon Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Mulai tahun [[1602]] [[Walanda]] secara perlahan-lahan menjadi penguasa wewengkon yang kini adalah Indonésia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah [[Timor Portugis]], yang tetap dikuasai [[Portugal]] hingga [[1975]] ketika berintegrasi menjadi propinsi Indonésia bernama [[Timor Timur]]. Walanda menguasai Indonésia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonésia dikuasai [[Britania]] setelah [[Perang Jawa Britania-Walanda]] dan masa penjajahan [[Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Sewaktu menjajah Indonésia, Walanda mengembangkan [[Hindia-Walanda]] menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Walanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wewengkon Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Walanda mendekati kebangkrutannya.


[[Berkas:VOC.svg|thumb|right|100px|Logo VOC]]
[[Berkas:VOC.svg|thumb|right|100px|Logo VOC]]


Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] ([[bahasa Belanda]]: ''Verenigde Oostindische Compagnie'' atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wewengkon tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun [[1602]]. Markasnya berada di [[Batavia]], yang kini bernama [[Jakarta]].
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Walanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Walanda namun oleh perusahaan dagang bernama [[VOC|Perusahaan Hindia Timur Walanda]] ([[bahasa Walanda]]: ''Verenigde Oostindische Compagnie'' atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wewengkon tersebut oleh Parlemen Walanda pada tahun [[1602]]. Markasnya berada di [[Batavia]], yang kini bernama [[Jakarta]].


Tujuan utama VOC adalah mempertahankan [[monopoli]]nya terhadap [[perdagangan rempah-rempah]] di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil [[rempah-rempah]], dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk [[Kepulauan Banda]] terus menjual [[pala|biji pala]] kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan [[monopoli]]nya terhadap [[perdagangan rempah-rempah]] di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil [[rempah-rempah]], dan terhadap orang-orang non-Walanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk [[Kepulauan Banda]] terus menjual [[pala|biji pala]] kepada pedagang Inggris, pasukan Walanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.


VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin [[Mataram]] dan [[Banten]].
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin [[Mataram]] dan [[Banten]].


=== Kolonisasi pemerintah Belanda ===
=== Kolonisasi pemerintah Walanda ===


{{utama|Indonésia: Era Belanda}}
{{utama|Indonésia: Era Walanda}}


Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir [[abad ke-18]] dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah [[Thomas Stamford Raffles]], pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun [[1816]]. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam [[Perang Diponegoro]] pada tahun [[1825]]-[[1830]]. Setelah tahun [[1830]] sistem [[tanam paksa]] yang dikenal sebagai ''cultuurstelsel'' dalam [[bahasa Belanda]] mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti [[teh]], [[kopi]] dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanagara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonésia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah [[1870]].
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir [[abad ke-18]] dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah [[Thomas Stamford Raffles]], pemerintah Walanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun [[1816]]. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam [[Perang Diponegoro]] pada tahun [[1825]]-[[1830]]. Setelah tahun [[1830]] sistem [[tanam paksa]] yang dikenal sebagai ''cultuurstelsel'' dalam [[bahasa Walanda]] mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti [[teh]], [[kopi]] dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanagara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Walanda maupun yang Indonésia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah [[1870]].


Pada [[1901]] pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Kebijakan Beretika]] (bahasa Belanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral [[Johannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi nagara Indonésia saat ini.
Pada [[1901]] pihak Walanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Kebijakan Beretika]] (bahasa Walanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral [[Johannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] pemerintah Hindia-Walanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Walanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi nagara Indonésia saat ini.


=== Gerakan nasionalisme ===
=== Gerakan nasionalisme ===


Pada [[1905]] gerakan nasionalis yang pertama, [[Serikat Dagang Islam]] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun [[1908]] oleh gerakan nasionalis berikutnya, [[Budi Utomo]]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonésia yang pertama, [[Soekarno]].
Pada [[1905]] gerakan nasionalis yang pertama, [[Serikat Dagang Islam]] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun [[1908]] oleh gerakan nasionalis berikutnya, [[Budi Utomo]]. Walanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Walanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonésia yang pertama, [[Soekarno]].


=== Perang Dunia II ===
=== Perang Dunia II ===


Pada Mei [[1940]], awal [[Perang Dunia II]], Belanda diduduki oleh [[Nazi]] [[Jerman]]. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke [[Amerika Serikat]] dan [[Britania]]. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni [[1941]], dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Mei [[1940]], awal [[Perang Dunia II]], Walanda diduduki oleh [[Nazi]] [[Jerman]]. Hindia-Walanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke [[Amerika Serikat]] dan [[Britania]]. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni [[1941]], dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Walanda. Pasukan Walanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.


=== Pendudukan Jepang ===
=== Pendudukan Jepang ===
Larik 98: Larik 98:
{{utama|Indonésia: Era Jepang}}
{{utama|Indonésia: Era Jepang}}


Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonésia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di laladan yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonésia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonésia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di laladan yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Walanda dan campuran Indonésia-Walanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.


Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonésia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa nagara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wewengkon Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonésia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa nagara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wewengkon Hindia-Walanda sebelum perang.


Pada [[9 Agustus]] [[1945]] Soekarno, Hatta dan [[Radjiman Widjodiningrat]] diterbangkan ke [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonésia pada 24 Agustus.
Pada [[9 Agustus]] [[1945]] Soekarno, Hatta dan [[Radjiman Widjodiningrat]] diterbangkan ke [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonésia pada 24 Agustus.
Larik 112: Larik 112:
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada [[16 Agustus]], Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonésia pada masa perang, Pasukan [[Pembela Tanah Air]] (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada [[16 Agustus]], Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonésia pada masa perang, Pasukan [[Pembela Tanah Air]] (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.


Pada [[18 Agustus]] [[1945]] Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonésia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan [[Mohammad Hatta]] sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonésia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada [[31 Agustus]] dan menghendaki Republik Indonésia yang terdiri dari 8 provinsi: [[Sumatra]], [[Kalimantan]] (tidak termasuk wewengkon Sabah, Sarawak dan Brunei), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] (termasuk [[Papua]]) dan [[Kepulauan Sunda Kecil|Nusa Tenggara]].
Pada [[18 Agustus]] [[1945]] Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonésia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan [[Mohammad Hatta]] sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonésia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada [[31 Agustus]] dan menghendaki Republik Indonésia yang terdiri dari 8 propinsi: [[Sumatra]], [[Kalimantan]] (tidak termasuk wewengkon Sabah, Sarawak dan Brunei), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] (termasuk [[Papua]]) dan [[Kepulauan Sunda Kecil|Nusa Tenggara]].


=== Perang kemerdekaan ===
=== Perang kemerdekaan ===
Larik 120: Larik 120:
[[Berkas:Proklamasi.png|250px|thumb|right|Teks Proklamasi]]
[[Berkas:Proklamasi.png|250px|thumb|right|Teks Proklamasi]]


Dari [[1945]] hingga [[1949]], persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Dari [[1945]] hingga [[1949]], persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Walanda sepanjang konflik ini agar Walanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.


Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali kutha krajan kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan [[Yogyakarta]] sebagai kutha krajan mereka. Pada [[27 Desember]] [[1949]] (lihat artikel tentang [[27 Desember 1949]]), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu [[Juliana dari Belanda]] memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonésia. Pada 1950, Indonésia menjadi anggota ke-60 [[PBB]].
Usaha Walanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Walanda segera merebut kembali kutha krajan kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan [[Yogyakarta]] sebagai kutha krajan mereka. Pada [[27 Desember]] [[1949]] (lihat artikel tentang [[27 Desember 1949]]), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu [[Juliana dari Walanda]] memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonésia. Pada 1950, Indonésia menjadi anggota ke-60 [[PBB]].


Lihat pula [http://countrystudies.us/indonesia/16.htm The National Revolution, 1945-50] untuk keterangan lebih lanjut (dalam bahasa Inggris).
Lihat pula [http://countrystudies.us/indonesia/16.htm The National Revolution, 1945-50] untuk keterangan lebih lanjut (dalam bahasa Inggris).
Larik 150: Larik 150:
=== Nasib Irian Barat ===
=== Nasib Irian Barat ===
{{utama|Konflik Papua Barat}}
{{utama|Konflik Papua Barat}}
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada [[1 Desember]] [[1961]].
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Walanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada [[1 Desember]] [[1961]].


Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wewengkon tersebut dengan Indonésia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonésia mendarat di Irian pada [[18 Desember]] sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonésia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonésia yang menghasilkan [[Perjanjian New York]] pada Agustus 1962, dan Indonésia mengambil alih kekuasaan terhadap [[Irian Jaya]] pada [[1 Mei]] [[1963]].
Negosiasi dengan Walanda mengenai penggabungan wewengkon tersebut dengan Indonésia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonésia mendarat di Irian pada [[18 Desember]] sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonésia dan Walanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Walanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonésia yang menghasilkan [[Perjanjian New York]] pada Agustus 1962, dan Indonésia mengambil alih kekuasaan terhadap [[Irian Jaya]] pada [[1 Mei]] [[1963]].


=== Gerakan 30 September ===
=== Gerakan 30 September ===
Larik 240: Larik 240:
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah.shtml]; alur wektu jroning sajarah indonesia
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah.shtml]; alur wektu jroning sajarah indonesia


{{Sajarah provinsi Indonésia}}
{{Sajarah propinsi Indonésia}}


[[Kategori:Sajarah Indonésia| ]]
[[Kategori:Sajarah Indonésia| ]]

Révisi kala 23 Maret 2016 03.00

Cithakan:Sajarah Indonésia

Sajarah Indonésia nyakup sawijining rentang wektu sing dawa banget sing diwiwiti zaman prasejarah déning "Manungsa Jawa" ing mangsa watara 500.000 taun kapungkur. Periode ing sajarah Indonésia bisa dipérang dadi limang éra: éra pra kolonial, munculé krajaan-krajaan Hindu-Buddha sarta Islam ing Jawa lan Sumatera sing utamané ngandelaké dedagangan; éra kolonial, mlebuné bangsa Éropah (utamané Walanda) sing ngarepaké asil rempah-rempah nyebabaké anané panjajahan déning Walanda jroning watara 3,5 abad antara wiwitan abad kaping-17 nganti tengahan abad kaping-20; éra kamardikan, pasca Proklamasi Kamardikan Indonésia (1945) nganti mudhuné Soekarno (1966); éra Orde Baru, 32 taun mangsa pamaréntahan Soeharto (19661998); sarta éra reformasi sing lumangsung nganti dina iki.

Yèn dirunut wiwit saka taun 1500-an sajarah Indonésia bisa diklompokaké:

  • Jaman Prasejarah
  • 1500: Karajan kuna lan mlebuné Agama Islam
  • 1500 nganti 1670: Karajan Agung lan Karajan Dagang
  • 1670 nganti 1800: Pasulayan karo Walanda
  • 1800 nganti 1830: Perjuangan
  • 1830 nganti 1910: Imperialisme lan Modernisasi
  • 1910 nganti 1940: Nasionalisme anyar
  • 1940 nganti 1945: Perang Donya II
  • 1945 nganti 1950: Perang Kamardikan
  • 1950 nganti 1965: Orde Lama
  • 1965 nganti 1998: Orde Baru
  • 1998 nganti 2001: Reformasi dan Persatuan Nasional
  • 2001 saiki

Prasejarah

Artikel utama: Indonésia: Era prasajarah.

Sacara géologi, wewengkon Indonésia modhèrn (sabanjuré disebut Nusantara) minangka tlatah patemon antara telung lèmpèng bawana utama: Lèmpèng Eurasia, Lèmpèng Indo-Australia, lan Lèmpèng Pasifik. Kapuloan Indonésia kayadéné kang ana saiki iki kabentuk ing jaman ndlèdèking ès sawisé rampung Zaman Ès, watara 10.000 taun kapungkur.

Pranala jaba

  • Masalah transklusi: {{En}} mung bisa kaanggo ing mandhala aran Barkas. Anggonen {{lang-en}} utawa {{en icon}} baé. [1]; alur wektu jroning sajarah indonesia

Cithakan:Sajarah propinsi Indonésia