Menyang kontèn

Pawarta imlek

Saka Wikipédia Jawa, bauwarna mardika basa Jawa

Ketrin Mariana – Semarang, Memasuki Kawasan Pecinan Semarang, kita sangat mudah menjumpai puluhan kelenteng yang dibangun ratusan taun yang lalu. Kita juga dapat menikmati suasana panguripan masarakat Tionghoa yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Kemeriahan Perayaan Imlek di taun naga air wiwit terlihat, dari pemasangan pernik lampion, bunga mehua dan simbol naga air, di rumah warga Tionghoa, sarta kelenteng kelenteng. Dan yang paling sakral ya iku, warga ètnis Tionghoa sangsaya sok mengunjungi kelenteng untuk berdoa. Keberadaan Kawasan Pecinan Semarang, ternyata juga mampu menopang perekonomian warga sakiwa-tengené. Terlihat dari banyaknya pedagang pribumi, yang berjualan di pasar tradhisional Gang Baru. Di pasar ini terjadi akulturasi yang harmonis, antara warga pribumi dengan ètnis Tionghoa. Pecinan juga menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Kota Semarang. Kawasan ini juga dikenal sebagai pusat kuliner, wiwit dari lumpia, hingga makanan khas China, dapat dengan mudah dinikmati di beberapa rumah makan. Keindahan dan keunikan inilah yang menjadikan Kawasan Pecinan, menjadi salah satu jujugan plesiran unggulan di Kota Semarang. Di karaméan taun baru Imlek, warga ètnis Tionghoa yang bermukim di Kawasan Pecinan berharap rejeki, dan keberuntungan selalu menyertai panguripan, utamanya di taun naga air. Keunikan tersebut tidak lepas dari perjalanan panjang sajarah perkembangan Pecinan Semarang, wiwit dari jaman singgahnya Laksamana Cheng Ho, hingga penghentian seluruh aktivitas budaya china padha masa Orde Baru. Sajarah panjang tersebut ternyata telah menempa warga Tionghoa di Semarang, untuk tetap teguh memegang tradisi nenek moyang.