Sultan Agung: Béda antara owahan

Saka Wikipédia Jawa, bauwarna mardika basa Jawa
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (parembugan | pasumbang)
Arupako (parembugan | pasumbang)
c éjaan, replaced: desa → désa (4), Indonesia → Indonésia (4) using AWB
Larik 3: Larik 3:
'''Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo''' (lair: [[Mataram]], [[1593]] - seda : [[Mataram]], [[1645]]) iku raja [[Kasultanan Mataram]] sing marentah [[taun]] [[1613]]-[[1645]]. Ing sangisoré pimpinan Sultan Agung iki Mataram ngembang dadi krajan paling gedhé ing [[Jawa]] lan [[Nusantara]] wektu semana.
'''Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo''' (lair: [[Mataram]], [[1593]] - seda : [[Mataram]], [[1645]]) iku raja [[Kasultanan Mataram]] sing marentah [[taun]] [[1613]]-[[1645]]. Ing sangisoré pimpinan Sultan Agung iki Mataram ngembang dadi krajan paling gedhé ing [[Jawa]] lan [[Nusantara]] wektu semana.


Saka jasa-jasané minangka pejuang lan budayawan, Sultan Agung wis ditetepaké dadi [[pahlawan nasional Indonesia]] adhedhasar S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975 amarga wis gigih nentang praktik penjajahaning walanda, kaping pindho sultan agung nyerang [[VOC]] ing [[Batavia]] , ing taun [[1628]] lan taun [[1629]]
Saka jasa-jasané minangka pejuang lan budayawan, Sultan Agung wis ditetepaké dadi [[pahlawan nasional Indonésia]] adhedhasar S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975 amarga wis gigih nentang praktik penjajahaning walanda, kaping pindho sultan agung nyerang [[VOC]] ing [[Batavia]] , ing taun [[1628]] lan taun [[1629]]


== Silsilah Kulawarga ==
== Silsilah Kulawarga ==
Larik 15: Larik 15:
Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar '''Panembahan Agung'''. Kemudian setelah menaklukkan [[Madura]] tahun [[1624]], ia mengganti gelarnya menjadi '''Susuhunan Agung''', atau disingkat Sunan Agung.
Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar '''Panembahan Agung'''. Kemudian setelah menaklukkan [[Madura]] tahun [[1624]], ia mengganti gelarnya menjadi '''Susuhunan Agung''', atau disingkat Sunan Agung.


Pada tahun [[1641]] Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa [[Arab]]. Gelar tersebut adalah '''Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami''', yang diperolehnya dari pemimpin [[Ka'bah]] di [[Makkah]],
Pada tahun [[1641]] Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa [[Arab]]. Gelar tersebut adalah '''Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami''', yang diperolehnya dari pemimpin [[Ka'bah]] di [[Makkah]],


Untuk mudahnya, nama yang dipakai dalam artikel ini adalah nama yang paling lazim dan populer, yaitu Sultan Agung.
Untuk mudahnya, nama yang dipakai dalam artikel ini adalah nama yang paling lazim dan populer, yaitu Sultan Agung.
Larik 22: Larik 22:
Sultan Agung naik takhta pada tahun [[1613]] dalam usia 20 tahun. Dua tahun kemudian, patih senior [[Ki Juru Martani]] wafat karena usia tua, dan kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu.
Sultan Agung naik takhta pada tahun [[1613]] dalam usia 20 tahun. Dua tahun kemudian, patih senior [[Ki Juru Martani]] wafat karena usia tua, dan kedudukannya digantikan oleh Tumenggung Singaranu.


Ibu kota [[Mataram]] saat itu masih berada di [[Kotagede]]. Pada tahun [[1614]] dibangun istana baru di desa [[Kerta]] yang kelak mulai ditempati pada tahun [[1622]].
Ibu kota [[Mataram]] saat itu masih berada di [[Kotagede]]. Pada tahun [[1614]] dibangun istana baru di désa [[Kerta]] yang kelak mulai ditempati pada tahun [[1622]].


Saingan besar Mataram saat itu tetap [[Surabaya]] dan [[Banten]]. Pada tahun 1614 Sultan Agung mengirim pasukan menaklukkan sekutu Surabaya, yaitu [[Lumajang]]. Dalam perang di Sungai Andaka, Tumenggung Surantani dari Mataram tewas oleh Panji Pulangjiwa menantu Rangga Tohjiwa bupati [[Malang]]. Lalu Panji Pulangjiwa sendiri mati terjebak perangkap yang dipasang Tumenggung Alap-Alap.
Saingan besar Mataram saat itu tetap [[Surabaya]] dan [[Banten]]. Pada tahun 1614 Sultan Agung mengirim pasukan menaklukkan sekutu Surabaya, yaitu [[Lumajang]]. Dalam perang di Sungai Andaka, Tumenggung Surantani dari Mataram tewas oleh Panji Pulangjiwa menantu Rangga Tohjiwa bupati [[Malang]]. Lalu Panji Pulangjiwa sendiri mati terjebak perangkap yang dipasang Tumenggung Alap-Alap.


Pada tahun [[1615]] Sultan Agung memimpin langsung penaklukan Wirasaba ibukota Majapahit (sekarang [[Mojoagung, Jombang]]). Pihak Surabaya mencoba membalas. Adipati [[Pajang]] juga berniat mengkhianati Mataram namun masih ragu-ragu untuk mengirim pasukan membantu Surabaya. Akibatnya, pasukan Surabaya dapat dihancurkan pihak Mataram pada [[Januari]] [[1616]] di desa Siwalan.
Pada tahun [[1615]] Sultan Agung memimpin langsung penaklukan Wirasaba ibukota Majapahit (sekarang [[Mojoagung, Jombang]]). Pihak Surabaya mencoba membalas. Adipati [[Pajang]] juga berniat mengkhianati Mataram namun masih ragu-ragu untuk mengirim pasukan membantu Surabaya. Akibatnya, pasukan Surabaya dapat dihancurkan pihak Mataram pada [[Januari]] [[1616]] di désa Siwalan.


Kemenangan Sultan Agung berlanjut di [[Lasem, Rembang|Lasem]] dan [[Pasuruan]] tahun 1616. Kemudian pada tahun [[1617]] Pajang memberontak tapi dapat ditumpas. Adipati dan panglimanya (bernama Ki Tambakbaya) melarikan diri ke Surabaya.
Kemenangan Sultan Agung berlanjut di [[Lasem, Rembang|Lasem]] dan [[Pasuruan]] tahun 1616. Kemudian pada tahun [[1617]] Pajang memberontak tapi dapat ditumpas. Adipati dan panglimanya (bernama Ki Tambakbaya) melarikan diri ke Surabaya.
Larik 35: Larik 35:
Sultan Agung kemudian mengirim Tumenggung Bahurekso (bupati [[Kendal]]) untuk menaklukkan Sukadana ([[Kalimantan]] sebelah barat daya) tahun [[1622]]. Dikirim pula Ki Juru Kiting (putra [[Ki Juru Martani]]) untuk menaklukkan [[Madura]] tahun [[1624]]. Pulau Madura yang semula terdiri atas banyak kadipaten kemudian disatukan di bawah pimpinan Pangeran Prasena yang bergelar [[Cakraningrat I]].
Sultan Agung kemudian mengirim Tumenggung Bahurekso (bupati [[Kendal]]) untuk menaklukkan Sukadana ([[Kalimantan]] sebelah barat daya) tahun [[1622]]. Dikirim pula Ki Juru Kiting (putra [[Ki Juru Martani]]) untuk menaklukkan [[Madura]] tahun [[1624]]. Pulau Madura yang semula terdiri atas banyak kadipaten kemudian disatukan di bawah pimpinan Pangeran Prasena yang bergelar [[Cakraningrat I]].


Dengan direbutnya Sukadana dan Madura, posisi Surabaya menjadi lemah, karena suplai pangan terputus sama sekali. Kota ini akhirnya jatuh karena kelaparan pada tahun [[1625]], bukan karena pertempuran. Pemimpinnya yang bernama Pangeran Jayalengkara pun menyerah pada pihak Mataram yang dipimpin Tumenggung Mangun-oneng.
Dengan direbutnya Sukadana dan Madura, posisi Surabaya menjadi lemah, karena suplai pangan terputus sama sekali. Kota ini akhirnya jatuh karena kelaparan pada tahun [[1625]], bukan karena pertempuran. Pemimpinnya yang bernama Pangeran Jayalengkara pun menyerah pada pihak Mataram yang dipimpin Tumenggung Mangun-oneng.


Beberapa waktu kemudian, Jayalengkara meninggal karena usia tua. Sementara putranya yang bernama [[Pangeran Pekik]] diasingkan ke Ampel. Surabaya pun resmi menjadi bawahan Mataram, dengan dipimpin oleh Tumenggung Sepanjang sebagai bupati.
Beberapa waktu kemudian, Jayalengkara meninggal karena usia tua. Sementara putranya yang bernama [[Pangeran Pekik]] diasingkan ke Ampel. Surabaya pun resmi menjadi bawahan Mataram, dengan dipimpin oleh Tumenggung Sepanjang sebagai bupati.
Larik 52: Larik 52:


== Menyerbu Batavia ==
== Menyerbu Batavia ==
Sasaran [[Mataram]] berikutnya setelah [[Surabaya]] jatuh adalah desa [[Banten]]. Akan tetapi posisi [[Batavia]] yang menjadi penghalang perlu untuk dihancurkan terlebih dahulu.
Sasaran [[Mataram]] berikutnya setelah [[Surabaya]] jatuh adalah désa [[Banten]]. Akan tetapi posisi [[Batavia]] yang menjadi penghalang perlu untuk dihancurkan terlebih dahulu.


Bulan [[April]] [[1628]] Kyai Rangga bupati [[Tegal]] dikirim sebagai duta ke Batavia untuk menyampaikan tawaran damai dengan syarat-syarat tertentu dari Mataram. Tawaran tersebut ditolak pihak [[VOC]] sehingga perang pun menjadi pilihan berikutnya.
Bulan [[April]] [[1628]] Kyai Rangga bupati [[Tegal]] dikirim sebagai duta ke Batavia untuk menyampaikan tawaran damai dengan syarat-syarat tertentu dari Mataram. Tawaran tersebut ditolak pihak [[VOC]] sehingga perang pun menjadi pilihan berikutnya.


Maka, pada bulan [[Agustus]] [[1628]] pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahurekso bupati [[Kendal]] tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba bulan [[Oktober]] dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu [[Ki Juru Martani]]). Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di benteng Holandia. Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.
Maka, pada bulan [[Agustus]] [[1628]] pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahurekso bupati [[Kendal]] tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba bulan [[Oktober]] dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu [[Ki Juru Martani]]). Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Perang besar terjadi di benteng Holandia. Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.


Menanggapi kekalahan ini Sultan Agung bertindak tegas. Pada bulan [[Desember]] [[1628]] ia mengirim [[algojo]] untuk menghukum mati Bahurekso dan Mandurareja. Pihak VOC menemukan 744 mayat orang [[Jawa]] berserakan dan sebagian tanpa kepala.
Menanggapi kekalahan ini Sultan Agung bertindak tegas. Pada bulan [[Desember]] [[1628]] ia mengirim [[algojo]] untuk menghukum mati Bahurekso dan Mandurareja. Pihak VOC menemukan 744 mayat orang [[Jawa]] berserakan dan sebagian tanpa kepala.
Larik 74: Larik 74:
Pada tahun [[1636]] Sultan Agung mengirim Pangeran Silarong untuk menaklukkan [[Blambangan]] di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Meskipun mendapat bantuan dari [[Bali]], negeri Blambangan tetap dapat dikalahkan pada tahun [[1640]].
Pada tahun [[1636]] Sultan Agung mengirim Pangeran Silarong untuk menaklukkan [[Blambangan]] di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Meskipun mendapat bantuan dari [[Bali]], negeri Blambangan tetap dapat dikalahkan pada tahun [[1640]].


Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], kecuali [[Batavia]] yang masih diduduki militer [[VOC]]-[[Belanda]]. Sedangkan desa [[Banten]] telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah [[Palembang]] di [[Sumatra]] tahun 1636 dan Sukadana di [[Kalimantan]] tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan [[Makassar]], negeri terkuat di [[Sulawesi]] saat itu.
Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], kecuali [[Batavia]] yang masih diduduki militer [[VOC]]-[[Belanda]]. Sedangkan désa [[Banten]] telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah [[Palembang]] di [[Sumatra]] tahun 1636 dan Sukadana di [[Kalimantan]] tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan [[Makassar]], negeri terkuat di [[Sulawesi]] saat itu.


Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistem pertanian. Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti [[Surabaya]] dan [[Tuban]] dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian.
Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistem pertanian. Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti [[Surabaya]] dan [[Tuban]] dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian.
Larik 92: Larik 92:
== Kapustakan ==
== Kapustakan ==
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonésia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu



{{start box}}
{{start box}}
Larik 106: Larik 105:
{{end box}}
{{end box}}
{{Dhaptar kang Agung}}
{{Dhaptar kang Agung}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Pahlawan Indonésia}}


[[Kategori:Lair 1591]]
[[Kategori:Lair 1591]]
[[Kategori:Pati 1645]]
[[Kategori:Pati 1645]]
[[Kategori:Sultan Mataram]]
[[Kategori:Sultan Mataram]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonésia]]

Révisi kala 2 Maret 2016 14.43

Sultan Agung

Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo (lair: Mataram, 1593 - seda : Mataram, 1645) iku raja Kasultanan Mataram sing marentah taun 1613-1645. Ing sangisoré pimpinan Sultan Agung iki Mataram ngembang dadi krajan paling gedhé ing Jawa lan Nusantara wektu semana.

Saka jasa-jasané minangka pejuang lan budayawan, Sultan Agung wis ditetepaké dadi pahlawan nasional Indonésia adhedhasar S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975 amarga wis gigih nentang praktik penjajahaning walanda, kaping pindho sultan agung nyerang VOC ing Batavia , ing taun 1628 lan taun 1629

Silsilah Kulawarga

Asma asliné yakuwi Raden Mas Jatmika, utawa misuwur uga kanthi sebutan Raden Mas Rangsang. Minangka putra saka pasangan Prabu Hanyakrawati lan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ramané yakuwi raja kaloro Mataram, déné ibuné yakuwi putri Pangeran Benawa raja Pajang.

Kapustakan

  • Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonésia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu


Kang sadurungé
Adipati Martapura
Sultan Mataram
1613-1645
Kang sawisé
Amangkurat I